• Jelajahi

    Copyright © Nusantara Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Mencari Figur Pemimpin Pemerintah Daerah di Masa Depan

    19 September 2024, September 19, 2024 WIB Last Updated 2024-09-19T10:17:16Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     


    Penulis: Terifosa Ndruru


    Pemilihan kepala daerah adalah salah satu wujud dari demokrasi di Indonesia. Pemilihan kepala negara dan kepala daerah seperti Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Wali Kota/Wakil Walikota bahkan pemilihan legislatif seperti DPD, DPR, dan DPRD, telah diatur dalam undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia melalui lembaga Komisi Pemilihan Umum. Bagi masyarakat yang cinta demokrasi, pemilihan kepala daerah adalah pesta demokrasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin di daerahnya. Pemilihan kepala daerah dilakukan sekali lima tahun sesuai ketentuan yang berlaku dan semua masyarakat yang memenuhi syarat dan ketentuan baik sebagai calon kepala daerah dan legislatif maupun sebagai pemilih akan mengambil bagian dalam demokrasi.


    Pengalaman selama dilakukan pesta demokrasi di Indonesia, terlebih khusus di daerah Kepulauan Nias, maka kadangkala pesta demokrasi bukan menjadi ajang pemilihan kepala daerah yang dikehendaki oleh masyarakat mayoritas secara rasional, melainkan terjadi banyak kecurangan, manipulasi, bahkan degradasi moral karena praktik money politics dan black campaign masih ada. Demokrasi seakan-akan menjadi permainan penguasa dan elite politik untuk meraih sebuah kemenangan yang tidak jujur. Masyarakat sering kali terjebak dengan iming-iming uang dan janji-janji palsu calon kepala daerah. Akibatnya, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat tidak dipedulikan oleh pemimpin terpilih. Meskipun peraturan telah dibuat, namun peraturan itu masih belum mampu mencegah berbagai kejahatan pemilu. Hal ini menjadi tugas besar yang terus-menerus diperjuangkan setiap dilaksanakan Pemilu. 


    Berdasarkan realitas di atas, maka kita perlu mencegah berbagai kemungkinan yang terjadi di pemilihan kepala daerah yang sebentar lagi dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kepulauan Nias. Kita telah melihat siapa sosok yang menjadi figur kepala daerah ke depan. Dari calon kepala daerah itu pasti ada yang menurut kita sesuai dengan kebutuhan di daerah itu sendiri. Oleh sebab itu, supaya kita tidak terjebak pada praktik politik kotor, maka kita perlu membuka cakrawala berpikir tentang pemilihan kepala daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang ada di dalam Alkitab. 


    Bagaimana kita memilih calon kepala daerah di masa depan? Dalam menentukan arah dan pilihan politik, maka setiap keputusan yang diambil harus mempertimbangkan konsep maior et sanior pars, yaitu pengambilan keputusan yang benar dan baik tidak hanya didasarkan pada dukungan mayoritas, tokoh, dan partai politik, tetapi juga kebijaksanaan, moralitas, dan spiritual orang yang terlibat dalam proses pemilihan kepala daerah.


    Keputusan masyarakat untuk memilih pemimpin ke depan harus berpedoman pada nilai, kepribadian, dan kualitas seorang calon pemimpin. Dalam Alkitab kita telah diberikan petunjuk untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan visi dan misi Allah. 


    Pertama, beloved leader. Beloved leader adalah pemimpin yang bersahabat dengan Allah. Pemimpin yang bersahabat dengan Allah adalah seorang pemimpin yang akrab, bergaul karib, dan memiliki konektivitas dengan Allah. Pemimpin yang bersahabat dengan Allah ditemukan dalam diri Abraham (Yak. 2:23). Persahabatan dengan Allah berkaitan dengan kepercayaan kepada Allah. Kepercayaan kepada Allah mendorong para pemimpin untuk menaati hukum-hukum Allah dalam kepemimpinannya. Kepemimpinan yang bersahabat dengan Allah akan terejawantahkan dalam persahabatan dengan masyarakat tanpa diskriminasi. 


    Kedua, humane leader. Humane leader adalah pemimpin yang lemah lembut, baik hati, dan penuh perhatian akan kebutuhan orang lain. Kelemahlembutan adalah karakter seorang pemimpin yang dipakai oleh Allah. Pemimpin yang lemah lembut ditemukan dalam diri Musa (Bil. 12:3). Kelemahlembutan adalah karakter yang sangat penting untuk meredakan kegeraman dan emosi (Ams. 15:1). 


    Ketiga, honest leader. Honest leader adalah pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya. Pemimpin yang jujur kita temukan dalam diri Ayub (Ayb. 1:1,8; 2:3). Kejujuran tidak terlepas dari kesalehan hidup. Kejujuran sangat penting untuk mencegah seseorang melakukan manipulasi, kecurangan, kebohongan, dan dinasti kekuasaan. 


    Keempat, righteous leader. Righteous leader adalah pemimpin yang benar dan tidak bercela. Pemimpin yang benar dan tidak bercela ditemukan dalam diri Nuh (Kej. 6:9). Pemimpin yang benar dan tidak bercela penting untuk mencegah seseorang melakukan kejahatan dan pelanggaran hukum. Pemimpin seperti ini tidak terlibat dalam berbagai kejahatan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan agama. 


    Kelima, genuine leader. Genuine leader adalah pemimpin yang tidak hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan. Pemimpin seperti ini tidak munafik, namun ia hidup dan berekspresi apa adanya. Pemimpin yang tidak hidup dalam kepalsuan ditemukan dalam diri Natanael (Yoh. 1:47). Ia memiliki integritas yang seimbang antara perkataan dan perbuatan yang baik serta tidak hidup dalam kemewahan dan foya-foya. 


    Keenam, prudent leader. Prudent leader adalah pemimpin yang berhikmat berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang benar. Pemimpin yang berhikmat ditemukan dalam diri Salomo (1Raj. 29-34). Hikmat sangat penting bagi seorang pemimpin untuk mengambil keputusan. Tanpa hikmat, maka pemimpin jatuh pada kebodohan dan kesombongan. Hikmat membuat seorang pemimpin mampu merumuskan program, menganalisis, dan mengambil keputusan yang benar. 


    Ketujuh, impartial leader. Impartial leader adalah pemimpin yang berlaku adil (Mi. 6:8). Pemimpin ini membuat keputusan berdasarkan prinsip keadilan, kesetaraan, dan tanpa memihak. Berlaku adil adalah tuntutan Allah yang wajib dilaksanakan oleh pemimpin. Keadilan bagi orang miskin adalah berada di pundak pemimpin. Setiap pemimpin yang melawan hukum keadilan, maka keadilan Allah akan menimpanya. Keadilan sangat penting bagi pemimpin untuk menghukum orang jahat dan melindungi orang baik. 


    Kedelapan, selfless leader. Selfless leader adalah pemimpin yang tidak cinta uang atau menghambakan diri dengan uang (1Tim. 6:10). Pemimpin yang mencintai rakyatnya pasti tidak cinta uang rakyat, sebab mencintai uang adalah akar kejahatan, yang dapat merembes kepada kejahatan yang lebih besar. Pemimpin yang baik tidak berorientasi pada uang, melainkan pelayanan dan pengabdian yang tulus serta kesejahteraan orang lain. 


    Kesembilan, receptive leader. Receptive leader adalah pemimpin yang menerima masukan dan kritikan yang membangun. Pemimpin seperti ini ditemukan dalam diri Musa ketika Yitro memberikan kritikan dan masukan terhadap kepemimpinannya (Kel. 18:13-27). Seorang pemimpin yang terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan akan berhasil.


    The progress of our region is determined when we choose leaders who are approved by God

    Komentar

    Tampilkan

    2 komentar:

    1. Kelemah lembutan *(kedua)*,
      bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yg terkendali.

      BalasHapus
    2. Kelemahlembutan (no.2) bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang terkendali.

      BalasHapus

    Berkomentarlah sesuai topik dan menjaga etika sopan-santun